Perang dan konflik bersenjata tak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga membawa dampak yang dalam terhadap kehidupan sosial masyarakat. Salah satu dampak paling memilukan terjadi pada kelompok rentan, seperti anak-anak dan lansia, yang kerap menjadi korban terselubung dari konflik seperti yang terjadi di perbatasan Thailand-Kamboja. Mereka bukan bagian dari pertempuran, tetapi hidup mereka ikut hancur karena perang yang tak mereka pilih.
Dampak Psikologis dan Sosial yang Menimpa Anak dan Lansia
Anak-anak mengalami trauma yang mendalam akibat suara tembakan, pengungsian mendadak, dan kehilangan anggota keluarga. Sementara itu, para lansia menghadapi kesulitan bertahan hidup karena terbatasnya mobilitas, kehilangan akses pada layanan kesehatan, dan tekanan mental akibat perpisahan dari keluarga. Mereka sering kali terabaikan dari prioritas bantuan kemanusiaan karena dianggap tidak produktif.
Baca juga: Sisi Lain Perang yang Jarang Diungkap: Ketika Warga Sipil Jadi Sasaran Tak Langsung
Konflik berkepanjangan memperburuk kondisi pendidikan, akses makanan, dan keamanan sehari-hari. Banyak anak tidak bisa sekolah, sementara lansia tak memiliki tempat tinggal yang layak. Di balik berita tentang strategi militer dan wilayah sengketa, mereka terjebak dalam penderitaan yang sunyi.
-
Anak-anak mengalami gangguan trauma dan kehilangan masa kecil yang seharusnya aman
-
Lansia kesulitan mengakses obat-obatan dan perawatan dasar
-
Keluarga tercerai-berai, mengakibatkan kehilangan sistem pendukung emosional
-
Pengungsian mendadak membuat mereka tinggal di tempat tidak layak dan berisiko
-
Bantuan kemanusiaan sering tak menjangkau kelompok paling rentan ini
Situasi ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap konflik, kelompok lemah adalah yang paling menderita. Mereka tidak memegang senjata, tapi luka mereka sama nyatanya. Dunia internasional dan pihak terkait perlu memastikan bahwa perlindungan terhadap anak dan lansia selalu menjadi prioritas utama dalam penanganan konflik